Selasa, 08 November 2011

Perkembangan Ekonomi

ADA yang menarik dari penamaan kementerian yang baru hasil perombakan (reshuffle) Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II bulan lalu, dimana Kementeriaan Pendidikan diubah namanya menjadi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Sementara itu, kata "kebudayaan" dalam Kementerian Pariwisata dan Kebudayaan, dicoret dan digantikan dengan "ekonomi kreatif."
Jadilah sebutannya: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Pertanyaan yang muncul adalah kenapa kebudayaan berdampingan dengan ekonomi kreatif?


Alasannya adalah untuk memajukan pariwisata diperlukan perekonomian yang dilaksanakan dengan mengedepankan kreativitas. Ekonomi kreatif akan mendorong kemajuan pariwisata dan begitu juga sebaliknya.
Dengan kata lain, pariwisata yang maju mau tak mau mesti ditunjang ekonomi kreatif. Sebaliknya, ekonomi bisa maju dan menunjukkan kreativitas jika ditopang oleh kemajuan dunia pariwisata.
Masuknya bidang ekonomi kreatif ke dalam Kementerian Pariwisata diharapkan dapat melahirkan produk industri yang lebih inovatif sehingga bisa bersaing di tingkat nasional dan internasional.
Sejarah perkembangan peradaban ekonomi dapat dibedakan menjadi empat zaman: (1) Era pertanian (masyarakat pertanian); (2) Era industri (masyarakat industri); (3) Era informasi (masyarakat informasi, pengetahuan), dan; (4) Era konseptual (masyarakat kreatif).
Kita telah melewati zaman pertanian, zaman industri dan zaman informasi. Peradaban ekonomi sekarang ini masuk pada zaman konseptual dimana pada zaman ini yang dibutuhkan adalah para kreator.
Kemampuan untuk mewujudkan kreativitas yang diramu dengan sense atau nilai seni, teknologi, pengetahuan dan budaya menjadi modal dasar untuk menghadapi persaingan ekonomi, sehingga muncullah ekonomi kreatif sebagai alternatif pembangunan ekonomi guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pada awal 1990, kota-kota di Inggris mengalami penurunan produktivitas dikarenakan beralihnya pusat-pusat industri dan manufaktur ke negara-negara berkembang yang menawarkan bahan baku, harga produksi dan jasa yang lebih murah.
Menanggapi kondisi perekonomian yang terpuruk, calon perdana menteri Tony Blair dan New Labour Party menawarkan agenda pemerintahan yang bertujuan untuk memperbaiki moral dan kualitas hidup warga Inggris dan memastikan kepemimpinan Inggris dalam kompetisi dunia di milenium baru, salah satunya dengan mendirikan National Endowment for Science and the Art (NESTA) yang bertujuan untuk mendanai pengembangan bakat-bakat muda di Inggris.
Setelah menang dalam pemilihan umum 1997, Tony Blair sebagai Perdana Menteri Inggris melalui Department of Culture, Media and Sports (DCMS) membentuk Creative Industries Task Force yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kontribusi industri kreatif  terhadap perekonomian Inggris.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar